Dalam artikel ini saya pertama kali membahas bagaimana teks-teks cerita Dairi yang dikumpulkan pada abad kesembilan belas oleh Herman Neubronner van der Tuuk berhubungan dengan penceritaan, dan mempertanyakan apakah pengembangan versi cerita tertulis tentu membahayakan praktik penceritaan. Kemudian saya menyelidiki bagaimana versi-versi tertulis cerita Dair dalam Pembaca Batak Van der Tuuk berhubungan satu sama lain dan dengan teks cetakan, berdasarkan teks-teks dalam naskah-naskah yang dikumpulkan oleh Van der Tuuk. Sebagai kesimpulan, diskusikan kemungkinan tujuan Pembacaan Batak karya Van der Tuuk, dengan fokus pada bagian Dairi, yang belum dibahas dalam terbitan sebelumnya.
KATA KUNCI
Sumatera Utara; Koleksi Van der Tuuk; cerita Dairi; fungsi ritual; bercerita; Pembaca Batak.

In this article I first discuss how texts of Dairi stories collected in the nineteenth century by Herman Neubronner van der Tuuk relate to storytelling, and question whether the development of written versions of stories necessarily endangers the practice of storytelling. Then I investigate how written versions of Dair stories in Van der Tuuk's Batak Reader relate to each other and to the printed text, based on texts in manuscripts collected by Van der Tuuk. In conclusion discuss the possible aim of Van der Tuuk's Batak Reader, focussing on the Dairi section, which has not been dealt with in earlier publications.
KEYWORDS
North Sumatra; Van der Tuuk collection; Dairi stories; ritual function; storytelling; Batak reader.