No image available for this title

Text

Flat puppets on an empty screen, stories in the round Imagining space in wayang kulit and the worlds beyond = Boneka datar di layar kosong, cerita dalam bentuk bulat Membayangkan ruang dalam wayang kulit dan dunia luar



Boneka-bonekanya berbentuk datar, layar tempat mereka ditempatkan dan digerakkan berwarna putih dan tidak ada pemandangan. Dalam ruang apa saja kisah-kisah wayang kulit klasik Jawa, Bali, Lombok, dan Melayu terungkap meski ada kedataran ganda? Bagaimana para pemain tidak hanya menggunakan boneka dan layar tetapi juga musik dan bahasa untuk mewujudkan ruang? Apa yang harus diketahui dan dilakukan penonton untuk memahami teknik bercerita ini? Sebagai kontribusi terhadap studi narratologis mengenai penciptaan multimodal dunia cerita, saya menunjukkan bahwa wayang kulit memenuhi tingkat kompetensi penafsiran yang berbeda-beda, yang menghasilkan pemahaman berbeda tentang ruang yang digambarkan oleh wayang. Cara ahli dalam memahami ruang memerlukan melihat di luar layar, boneka, dan siluet, atau bahkan mengalihkan pandangan darinya. Pada saat yang sama, cara-cara unik dalam menarasikan ruang dalam wayang juga menunjukkan adanya spasialitas yang sangat terasa dalam konteks kehidupan nyata.
KATA KUNCI
Ruang angkasa; pengaruh spasial; spasial; penciptaan dunia; penceritaan multimodal; naratologi; filologi pertunjukan; studi Asia Tenggara; wayang kulit.

The puppets are flat, the screen against which they are placed and moved is white and devoid of scenery. In what kinds of space do the stories of the classical shadow-play of Java, Bali, Lombok, and the Malay world unfold despite this double flatness? How do performers use not only puppets and screen but also music and language to bring space into being? What must spectators know and do to make sense of these storytelling techniques? As a contribution to the narratological study of the multimodal making of storyworlds, I demonstrate that wayang kulit caters for different degrees of interpretive competence, which yield different understandings of the space that wayang portrays. An expert way of apprehending space requires seeing beyond the screen, puppets, and silhouettes, or even looking away from them. At the same time the peculiar ways of narrating space in wayang point to a deeply felt spatiality in real-life contexts as well.
KEYWORDS
Space; spatial affect; spatiality; worldmaking; multimodal storytelling; narratology; philology of performance; Southeast Asian studies; shadow puppetry.


Ketersediaan

Tidak ada salinan data


Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
RAK Bahasa WACANA VOL17(1-3)2016
Penerbit Fakultas Imu Pengetahuan Budaya UI : Depok.,
Deskripsi Fisik
Hal. 438-472, Vol.17 No.3 Oktober
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
14112272
Klasifikasi
NONE
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
WACANA Vol.17 (3) 2016
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this