Detail Cantuman
Advanced SearchText
The installation of Prince Mangkubumi Performing Javanese history =
Representasi sejarah Jawa dalam pertunjukan berperan penting dalam penokohan diri Daerah Istimewa Yogyakarta. Ini melegitimasi dominasi para penguasa dan memperkuat identitas kota dan penduduknya. kekuatan Penonton mengetahui ceritanya dan ini adalah bagian yang menyenangkan. Dalam mempelajari tradisi lisan, penting untuk mempertimbangkan pertunjukan-pertunjukan ini. Dalam cerita-cerita yang menampilkan tokoh-tokoh politik terkenal dari sejarah Mataram dan Yogyakarta, terdapat hubungan yang rumit antara kata-kata yang tertulis dan yang diucapkan: semuanya didasarkan pada tradisi lisan dan tulisan dan dilakukan secara "lisan". Pangeran Mangkubumi yang menjadi sultan pertama Yogyakarta pada tahun 1755 merupakan salah satu tokoh sejarah yang menjadi protagonis dalam berbagai genre pertunjukan. Berfokus pada kisah naik takhta Pangeran Mangkubumi, saya akan merefleksikan bagaimana versi kethoprak yang disiarkan televisi memadukan teks (tertulis) dengan pertunjukan termediasi (aural/visual) untuk menyajikan kisahnya.
KATA KUNCI
Bercerita; seni pertunjukan; perantaraan; kesamaan; teks tertulis; naskah; tembang macapat; ketoprak; pertunjukan lisan; televisi; Sultan Agung; Pangeran Mangkubumi; Sultan Hamengku Buwana IX; Jawa; Jawa.
Representation of Javanese history in performance plays an important role in the self-characterization of the Special Region of Yogyakarta. It legitimizes the of the rulers and strengthens the identity of the city and its inhabitants. power the audiences know the stories, and this is part of the fun. In the study of oral traditions, it is essential to take these performances into account. In the stories featuring famous political figures from the history of Mataram and Yogyakarta, there is an intricate relationship between the written and the spoken word: all are based on both oral and written traditions and are performed "orally". Prince Mangkubumi, who was to become the first sultan of Yogyakarta in 1755, is one of the historical personages who are protagonists in various performance genres. Focusing on the tale of Prince Mangkubumi's accession to the throne, I shall reflect on how the televised kethoprak version combines a (written) text with a mediated (aural/visual) performance to present the story.
KEYWORDS
Storytelling; performative art; intermediality; common ground; written text; script; tembang macapat; kethoprak; oral performance; television; Sultan Agung; Prince Mangkubumi; Sultan Hamengku Buwana IX; Java; Javanese.
Ketersediaan
Tidak ada salinan data
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
RAK Bahasa WACANA VOL17(1-3)2016
|
Penerbit | Fakultas Imu Pengetahuan Budaya UI : Depok., 2016 |
Deskripsi Fisik |
Hal. 473-945, Vol.13 No.3
|
Bahasa |
English
|
ISBN/ISSN |
14112272
|
Klasifikasi |
NONE
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
WACANA Vol.17 (3) 2016
|
Subyek | |
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
Els Bogaerts
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain