Tulisan ini mengkaji tentang fenomena yang terjadi dalam kehidupan "bakul" sate Madura yang merantau di Yogyakarta. Dalam penelusuran yang dilakukan, ditemukan bahwa jimat yang diguna- kan berasal dari ayat al-quran Surat Yusuf sehingga layak disebut dengan jimat Qur'ani. Penggunaan jimat Qur'ani dari ayat keempat Surat Yusuf ini berimplikasi pada penafsiran yang tidak pada umumnya. Dalam hal ini, konsep kaukaban (bintang-bintang), al- shamsa (matahari), dan al-qamara (bulan) yang sedarinya adalah saudara-saudara dan orang tua Nabi Yusuf, berubah menjadi adalah para pembeli dan pelanggan itu sendiri. Sedangkan ayat yang berbunyi raaytuhum li sajidin bisa ditarik pengertian bahwa para pembeli dan pelanggan itu akan sajidin (bersujud) untuk membeli sate yang mereka jajakan dengan berkeliling.
Kata Kunci: Jimat, "bakul" Sate Madura, Jimat Qur'ani.

Abstract
This article discusses a phenomenon of Madurese satay sellers' life who went to Yogyakarta. During the research, the writer found that the sellers wear lucky charm that is derived from the fourth verse of Sura Yusuf of the Holy Qur'an. Therefore, it is called Qur'anic lucky charm. The use of this Qur'anic lucky charm gives an impact on uncommon interpretation. In this regard, the concept of kaukaban (stars), al-shamsa (sun), and al-qamara (moon) that refer to the Prophet Yusuf's siblings and parents, are interpreted as the buyers and the sellers. In addition, the verse saying raaytuhum li sajidin is then concluded that the buyers will be sajidin (kneeling) to buy the satay that they sell around the community.
Key Words: Lucky Charm, the Madurese satay seller, Qur'anic Lucky Charm