Text
Evaluasi implementasi kebijakan standar sarana dan prasarana Laboratorium Fisika SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan
EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR SARANA DAN PRASARANA LABORATORIUM FISIKA SMA NEGERI 2 KOTA TANGERANG SELATAN
POLICY IMPLEMENTATION EVALUATION OF PHYSICS LABORATORY FACILITY AND INFRASTRUCTURE STANDARD AT SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN
WARAMATIAS
ABSTRACT
The objective of this research was to evaluate (1) compliance of physics laboratory building requirement and conditions with standard and (2) fulfillment of physics laboratory furniture and practicum equipments at Public Secondary School No. 2 Kota Tangerang Selatan. The method used in the research was qualitative descriptive method with Provus’s discrepancy evaluation model (DEM). The data were collected through observation, interview, and document study. Data analysis and interpretation show that the laboratory building (1) did not have a full accordance with safety, healthy, comfort, access easiness, and size and room adequacy standards in input, process, and output components, and (2) did not fully fulfill types and quantity of furniture, materials and basic measurement tools, practicum kits, educational media, and other equipments in input, process, and output components. The findings lead to recommendation that SMAN 2 Kota Tangerang Selatan should equip its physics laboratory building to meet requirements and conditions in effect and should fulfill its physics laboratory furniture and practicum equipment set in the standard.
Keywords: policy evaluation implementation, physics building laboratory requirement and conditions, physics laboratory furniture and practicum equipments
RINGKASAN
Permendiknas No. 24/2007 merupakan kebijakan untuk mencapai standar sarana dan prasarana yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah No. 19/2005. Salah satu isi dari Permendiknas No. 24/2007 adalah tentang standar bangunan dan peralatan lab. Fisika SMA. Dalam Permendiknas No.24/2007, standar bangunan dan peralatan lab. Fisika diuraikan berdasarkan sejumlah kriteria, yakni kriteria keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan dan aksesibilitas, serta ukuran dan kelengkapan ruang. Sementara itu, terkait dengan sarana lab. Fisika, sekolah harus memenuhi kriteria jenis dan jumlah perabot dan peralatan. SMAN 2 Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu pihak yang melaksanakan kebijakan tersebut berkewajiban untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijakan tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kesenjangan antara intensi (maksud dan tujuan) kebijakan Permendiknas No. 24/2007 dengan apa yang terjadi di dunia nyata, khususnya keberadaan bangunan lab. Fisika, diperlukan sebuah evaluasi. Seperti dikatakan Provus, evaluation at its simplest level may be seen as the comparison of performance against a standard. Evaluasi di tingkat paling sederhana dapat dipandang sebagai perbandingan kinerja terhadap standar. Terkait dengan evaluasi implementasi kebijakan, Frechtling dan Westat mengatakan bahwa evaluasi implementasi ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah program, proyek atau kebijakan dilaksanakan seperti yang direncanakan. Metode penelitian yang digunakan adalah evaluasi implementasi kebijakan menggunakan discrepancy evaluation model (DEM). Dengan model ini, input, proses, dan output implementasi kebijakan standar sarana dan prasarana lab. Fisika diuraikan dan dianalisis berdasarkan kriteria keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan dan aksesibilitas, ukuran dan kelengkapan ruang, jenis dan jumlah perabot, serta jenis dan jumlah
peralatan lab. Fisika SMA. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara dengan responden yang terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana guru mata pelajaran Fisika, dan 9 (sembilan) murid Kelas X, XI, dan XII jurusan IPA di SMAN 2 Kota Tangerang Selatan. Data kuantitatif diperoleh melalui lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kriteria keselamatan, kesesuaian komponen input bangunan lab. Fisika SMAN 2 Kota Tangerang Selatan dengan standar adalah 55,56% atau terdapat kesenjangan sebesar 44,44%, kesenjangan di komponen proses mencapai 22,2%, dan kesenjangan di komponen output sebesar 11,1%. Pada kriteria kesehatan, kesesuaian komponen input dengan standar adalah 18,2% atau terdapat kesenjangan 81,8%, kesenjangan di komponen proses mencapai 63,6%, dan kesenjangan di komponen output sebesar 27,3%. Pada kriteria kenyamanan, kesesuaian komponen input dengan standar adalah 33,34% atau terdapat kesenjangan 66,66%, kesenjangan di komponen proses mencapai 63,6%, dan kesenjangan di komponen output juga mencapai 63,6%. Pada kriteria kemudahan dan aksesibilitas terdapat kesenjangan di komponen input sebesar 78,95%, dan 52,63% dan 47,37% kesenjangan di komponen proses dan output. Pada kriteria ukuran dan kelengkapan ruang, terdapat kesenjangan sebesar 66,67%, 55,56%, dan 44,44% di komponen input, proses, dan output. Pada kriteria jenis dan jumlah perabot lab. Fisika, terdapat kesenjangan sebesar 14,4%, 14,3%, dan 14,3 di komponen input, proses, dan output. Terakhir, pada kriteria jenis dan jumlah peralatan, tidak terdapat kesenjangan di komponen input, sedangkan di komponen proses tidak dapat dievaluasi karena ketiadaan dokumen untuk dievaluasi dan terdapat kesenjangan 29,3% di komponen output.
Bibliografi : lembar 181-185
TM00001405 | TM 1405 | UPT Perpustakaan UNJ | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain