Text
Gerwani: manifestasi pemikiran gerakan perempuan masa demokrasi terpimpin (1959-1965)
ABSTRAK
Sari Wijaya. Gerwani: Suatu Manifestasi Gerakan Perempuan Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Skripsi. Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta. Desember 2015.
Penelitian mengenai Gerwani tentang Manifestasi Pemikiran Gerakan Perempuan Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965) ini bertujuan mengetahui mengapa manifestasi tentang pemikiran gerakan perempuan dapat lahir di organisasi Gerwani dan bagaimana relevansi Gerwani dalam perkembangan gagasan pemikiran gerakan perempuan pada masa demokrasi terpimpin (1959-1965). Berawal dari Gerakan Wanita Sedar (Gerwis) sebagai organisasi berbasis kader, kemudian merubah orientasi gerakan dengan berbasis massa dengan mengganti nama menjadi Gerwani.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Sumber yang digunakan di dalam penelitian ini berupa sumber lisan dan sumber pustaka. Sumber lisan yang digunakan adalah hasil wawancara dengan nama samaran Emak (Eks Gerwani) dan Utati (Eks Pemuda Rakyat, anak seorang anggota Gerwani dan Perwari). Sedangkan, sumber pustaka yang digunakan adalah Penghancuran gerakan perempuan di Indonesia, Majalah Api Kartini terbitan Organisasi Gerwani tahun 1960.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gerwani sebagai organisasi perempuan pernah menjadi organisasi terbesar pada masa demokrasi terpimpin. Terlepas dari dugaan keterlibatan pada Gerakan Tiga Puluh September, Gerwani yang bergerak di bidang politik mencoba menjabarkan cara pandangan perempuan terhadap kondisi negara serta berperan aktif dalam pengembangan kaum perempuan.
Gagasan perihal feminisme yang tidak lahir dari Indonesia, tidak dicerna oleh Gerwani sebagai perlawanan terhadap laki-laki. Sebagai organisasi perempuan, Gerwani menekankan bahwa kondisi Indonesia yang masih kental akan budaya feodal dan patriarkinya cukup membuat posisi perempuan sebagai subordinat dalam negara. Penentangan tersebut dilakukan Gerwani melalui program-program kerjanya.
Mengusung konsep ibu militan, Gerwani mencoba meleburkan pandangan soal esensialisme dan konstruktivisme kaum perempuan. Gerwani tidak menafikan peran ibu, tetapi juga mendorong perempuan untuk turut berkontribusi atas permasalahan dan kemajuan bangsa.
Ibu militan yang dimaksud di tubuh Gerwani adalah tetap memandang kodrat perempuan (sebagai ibu/ esensialisme). Namun, tetap berperan dalam kemajuan bangsa, yakni mendidik generasi penerus bangsa, peduli terhadap sesame dan bangsanya sendiri. Sebagaimana manusia, posisi perempuan bagi Gerwani ialah sama. Akan tetapi, Gerwani juga tidak memfokuskan pada isu kesetaraan seperti yang berkembang pada era mutakhir ini.
Sebagai sebuah gerakan, dasar pemikiran soal keperempuanan dimaknai dan dimanifestasikan dalam kerja organisasi. Tak hanya melawan budaya patriarki melainkan juga berperan mengusir kolonialisme dan imperialism sebagai akar penindasan bangsa Indonesia.
Biblografi : lembar 88-91
SS00008706 | SK 8706 | UPT Perpustakaan UNJ (CD.04.2016.006) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain