Text
Penanggulangan anak putus sekolah melalui pendidikan nonformal paket B berbasis pesantren di Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
ABSTRAK
Hariyo Dwi Nugroho. Penanggulangan Anak Putus Sekolah Melalui Pendidikan Nonformal Paket B Berbasis Pesantren di Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Skripsi Jakarta: Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menanggulangi anak putus sekolah melalui pendidikan nonformal paket B berbasis pesantren di Kecamatan Sukajaya. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan survei untuk mendeskripsikan faktor utama penyebab lulusan sekolah dasar tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya, bagaimana jarak antara SD Negeri dan SMP Negeri yang terdapat di Kecamatan Sukajaya serta program paket B berbasis pesantren untuk menanggulangi anak putus sekolah tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah lulusan sekolah dasar tahun ajaran 2014/2015 yang tidak melanjutkan di Kecamatan Sukajaya yaitu 147 orang dengan jumlah sampel 55 orang, satuan petugas pendidikan 1 orang, kepala sekolah 1 orang dan lulusan yang tidak melanjutkan 1 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner, wawancara dan pengamatan lapangan. Teknik analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif berdasarkan 3 faktor penyebab putus sekolah yaitu faktor ekonomi, sosial dan geografi, serta mengevaluasi lokasi SMP berdasarkan standar pelayanan minimal. Triangulasi sumber juga dilakukan untuk membandingkan hasil kuisioner dan wawancara agar mendapatkan deskripsi yang lebih jelas. Serta bagaimana penyelenggaraan pendidikan nonformal paket B berbasis pesantren sebagai solusi alternatif bagi anak putus sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penanggulangan anak putus sekolah berdasarkan kondisi penyebabnya adalah dengan melalui pendidikan nonformal paket B berbasis pesantren. Sedangkan upaya yang dilakukan pemerintah kecamatan bekerjasama dengan dinas pendidikan sudah cukup baik, diantaranya tersedia SMP kelas jauh, SMP satu atap, program paket B dan program bantuan siswa miskin. Adapun faktor ekonomi dan jarak secara signifikan tidak menjadi hambatan. Dengan menganilisis jarak antara sekolah dasar dan SMP Negeri melalui Sistem Informasi Geografi dapat diketahui bahwa 7 dari 8 sekolah dasar yang didalamnya terdapat lulusan putus sekolah, berada dalam jangkauan jarak yang memenuhi standar pelayanan minimal dengan SMP Negeri berdasarkan peraturan pemerintah. Maka, sebagai solusi terhadap hambatan jarak sekolah, lembaga nonformal seperti pesantren perlu didorong agar menyelenggarakan pendidikan nonformal paket B bagi anak putus sekolah sebagai alternatif solusi penuntasan pendidikan dasar.
Kata Kunci: putus sekolah, pendidikan nonformal, paket B, standar pelayanan minimal
Bibliografi : lembar 76-77
SS00009922 | SK 9922 | UPT Perpustakaan UNJ (CD.04.2016.002) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain