Text
Manajemen Praktek Kerja Industri (Prakerti) : studi kasus pada SMK Negeri 5 Makasar Sulawesi Selatan
RINGKASAN
Pendahuluan
Salah satu bentuk pendidikan dan pelatihan yang dianggap relevan untuk menghadapi tantangan era keterbukaan dan persaingan Masyarakat Ekonomi Asia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Prakerin merupakan model pendidikan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program belajar melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan di dunia usaha/dunia industri untuk mencapai penguasaan keahlian tertentu, tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan (Jorlin Pakpahan, 2002: 232).
Prakerin adalah pola penyelenggaraan pendidikan yang dikelola bersama-sama antara SMK dengan dunia usaha/dunia industri sebagai institusi pasangan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dan sertifikasi yang merupakan satu kesatuan program dengan menggunakan berbagai bentuk alternatif pelaksanaan, seperti day release, block release, dan hour release.
Tahapan pelaksanaan praktek kerja industri meliputi: 1) perencanaan praktek kerja industri, 2) pengorganisasian praktek kerja industri, 3) penyelenggaraan praktek kerja industri, dan 4) pengawasan praktek kerja industri (Wena, 1996: 226-227). Dalam pelaksanaan praktek kerja industri, langkah-langkah pelaksanaan praktek harus tetap mengacu pada desain pembelajaran yang telah ditetapkan. Pelaksanaan Prakerin dapat berupa “day release” atau berupa “block release” atau kombinasi keduanya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus penelitiannya adalah Manajemen Prakerin di SMK Negeri 5 Makassar Sulawesi Selatan,
iv
programkejuruan teknik bangunan. Adapun sub fokus penelitiannya adalah: perencanaan Prakerin, pengorganisasian Prakerin, pengkoordinasian dalam pelaksanaan Prakerin, dan pengawasan serta monitoring Prakerin.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan: observasi, wawancara mendalam, dan kajian dokumen. Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran di tempat siswa SMK N 5 melaksanakan Prakerin. Wawancara dilakukan kepada nara sumber kunci di SMK N 5 Makassar, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah hubungan industri, wakil kepala sekolah urusan kurikulum, ketua jurusan teknik bangunan, ketua program keahlian gambar bangunan (arsitkrtur), ketua program keahlian batu beton (konstruksi bangunan), guru, orang tua siswa (komite sekolah), siswa dan instruktur dari institusi pasangan yang bertindak selaku pembimbing Prakerin. Wawancara dengan berbagai nara sumber sekaligus sebagai triangulasi sumber data. Studi dokumen dilakukan terhadap dokumen penting berkaitan dengan program Prakerin. Keabsahan data menggunakan empat kriteria: credibility, trasferability, dependability, and confirmability.
Hasil Penelitian
Analisis data menerapkan tiga alur kegiatan: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pada aspek perencanaan, analisis kebutuhan kompetensi berupa kegiatan validasi kurikulum tidak melibatkan dunia usaha/dunia industri. Validasi kurikulum hanya dilakukan oleh guru SMK N 5 Makassar. Padahal untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja/dunia industri, perusahaan meng-inginkan perubahan terkait program kejuruan (Stephen Billet, 2011: 152). Oleh karena itu, standar kompetensi harus disusun setelah berkonsultasi dengan perwakilan industri, para pengelola perusahaan, para pekerja dan asosiasi profesi. (Indra Djati Sidi, 2001:123).
iv
v
Aspek pengorganisasian terkait kelompok kerja (Pokja) atau panitia Prakerin tidak diikuti dengan struktur tugas, distribusi wewenang dan deskripsi tugas secara jelas dan tertulis. Aspek pengorganisasian harus dilaksanakan dengan baik dan cermat karena berkaitan dengan sistem kerjasama dengan sekelompok orang, melalui pembagian tugas dengan membangun satuan-satuan kerja atau unit-unit kerja (divisi) untuk menyatukan pekerjaan yang sejenis dalam satu satuan unit kerja. Proses selanjutnya harus diikuti dengan menetapkan kewenangan dan tanggung jawab (Hadari Nawawi, 2005: 63-64).
Pengkoordinasian dalam pelaksanaan Prakerin dilaksanakan oleh ketua panitia beserta anggotanya. Mekanisme pengkoordinasian Prakerin diserahkan sepenuhnya kepada ketua panitia. Secara empirik, terdapat siswa yang tidak melaksanakan kegiatan Prakerin sesuai dengan kompetensi yang dipelajari di sekolah. Artinya, siswa ditempatkan oleh institusi pasangan pada bagian yang tidak sesuai dengan keompetensi yang dipelajari di sekolah dan sering melakukan aktivitas praktik yang tidak ada hubungannnya dengan kompetensinya. Oleh karena itu, salah satu rekomendasi dari OECD untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil magang antara lain adalah dengan meningkatkan keterampilan pedagogis pelatih/instruktur dari dunia industri. Rekomendasi OECD menyebutkan bahwa equip supervisors of apprentices and trainees with the necessary pedagogical skills and specific competences to pass on practical skills (OECD, 2011: 13).
Pada aspek pengawasan dan monitoring, kontrol dan pengendalian kegiatan Prakerin dalam bentuk monitoring dan pembinaan oleh guru pembimbing dari sekolah hanya dilaksanakan selama tiga (3) kali, yaitu pada awal, pertengahan, dan akhir Prakerin. Padahal monitoring proses transfer pembelajaran pada kegiatan pelatihan kejuruan penting dilaksanakan untuk mengontrol keberhasilan pelatihan. Gessler dan Hinrichs menjelaskan bahwa monitoring the learning transfer of continuing vocational training is therefore
v
vi
crucial in order to control the training success and legitimate the investments made. It is not suprising that the design of training measures is currently leading the list of challenges within vocational training (Michael Gessler and Anja Christina Hinrichs,2015: 43). Monitoring transfer pembelajaran pada pelatihan keterampilan sangat penting untuk mengendalikan keberhasilan pelatihan.
DD00002151 | D 2151 | UPT Perpustakaan UNJ (CD.07.2017.003) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain