Text
Pengembangan multimedia pembelajaran kreasi celup ikat para lanjut usia di Yayasan Swastisvarna Jakarta
RINGKASAN
Berdasarkan data BPS (Ritonga, 2013-2014: 29), proporsi orang Indonesia
berusia 60 tahun ke atas terus mengalami peningkatan. Sarwono, (2012: 84)
menyatakan bahwa di Indonesia usia harapan hidupnya 62 tahun, dan orang
tersebut sudah dianggap manusia Lansia/Lanjut Usia. Hasil penelitian Santrock
(2002: 221) menyatakan bahwa, para lanjut usia berusaha meraih pendidikan yang
lebih tinggi, “pengetahuan yang relevan, mempelajari keterampilan-keterampilan
untuk meningkatkan penemuan dirinya. Usia Harapan Hidup (life expectancy)
bertambah secara bermakna”.
Dalam mempersiapkan lansia untuk menghadapi proses penuaan dengan
produktivitas yang memuaskan, perlu untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas
layanan dan tanggung jawab masyarakat dalam memenuhi kebutuhan fisik dan
spiritual para lansia. Layanan perlu mengatasi masalah lansia yang masih berkisar
pada aspek kesehatan, ekonomi dan sosial. Pemenuhan kebutuhan lansia, terutama
dalam mengekspresikan rasa dan citra dapat dilakukan melalui kegiatan seni rupa.
Kegiatan kesenian diperkenalkan dan dipraktekkan menjadi pendekatan yang
menyenangkan, ekspresi bebas, dan bahkan meningkatkan produktivitas
penghasilan tambahan, sehingga mereka tertarik dalam berekspresi dan aktualisasi
diri, untuk hidup lebih mandiri dan berkualitas.
Sennett’s dalam Holmes (2015: 480) menyatakan, “focusing upon the
practices of work, Sennett illuminates how craft skills – skills which are learnt by
experience, through repetition and practice – are at work within contemporary
forms of employment”.(Sennett’s menerangkan bagaimana keterampilan kerajinan
yang dipelajari berfokus pada praktik, pengalaman didapatkan melalui
pengulangan dan praktik dalam bekerja bentuk pekerjaan kontemporer).
Prinsip-prinsip multimedia dijelaskan Meyer (2002: 41) dalam
penelitiannya:
Multimedia Principle: Students learn better from words and pictures than
from words alone. Theoretical Rationale: When words and pictures are
both presented, students have an opportunity to construct verbal and
pictorial mental models and to build connections between them. When
words alone are presented, students have an opportunity to build a verbal
mental model but are less likely to build a pictorial mental model and
make connections between the verbal and pictorial mental model.
(Prinsip Multimedia: Siswa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar
daripada dari kata-kata saja. Dasar Teoritis: Bila kata-kata dan gambar
dipresentasikan, siswa memiliki kesempatan untuk membangun model
mental verbal dan gambar dan untuk membangun hubungan di antara
keduanya. Bila kata-kata saja dipresentasikan, siswa memiliki kesempatan
untuk membangun model mental verbal namun kecil kemungkinannya
untuk membangun model mental bergambar dan membuat hubungan
antara model mental verbal dan gambar).
Teknologi pembelajaran adalah faktor kunci dalam struktur sosial yang
siap melibatkan individu ke dalam sistem pembelajaran sosial. Sangat penting
bahwa desain dan implementasi e-learning terletak pada pemahaman tentang
pembelajaran sebagai praktik sosial. Kegiatan Seni yang disukai oleh Lansia
adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama. Kegiatan karakteristik teknik
pewarnaan akan membangun rasa kepuasan diri dan meningkatkan keterampilan
motorik halus yang dibutuhkan orang-orang Lansia untuk melatih fleksibilitas
motorik halus mereka.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian
Pengembangan Model (Research and Development/ R&D). R&D digunakan
untuk merancang produk baru untuk menerapkan metode penelitian melalui
ujicoba lapangan, mengevaluasi, menyempurnakan produk agar efektif,
berkualitas, dan sesuai dengan kebutuhan, serta karakteristik peserta lansia berupa
Video Tutorial beserta Buku Panduan Singkat. Analisis data menggunakan mixedmethod.
Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, unjuk kerja para
Lansia. Penelitian ini menggabungkan R&D dari Borg dan Gall dengan model
pengembangan ADDIE yang diadaptasi dari model pengembangan Dick and
Carey. Model pembelajaran Hannafin and Peck digunakan sebagai model
pengembangan produk multimedia. Berdasarkan analisis awal maka dirancanglah
pengembangan model media pembelajaran yang ditelaah oleh pakar (Expert
Judgement), uji coba lapangan pada kelompok kecil (Small Group Try-out), dan
kelompok besar (Field Try-out). Validasi dan evaluasi model dilakukan
berdasarkan indikator keterbacaan media pembelajaran melalui kelayakan materi,
kelayakan gambar/visual, kelayakan audio, kelayakan tulisan/typografi, dan
kelayakan fungsi/kebermanfaatan sebagai media pembelajaran Berkreasi Celup
Ikat bagi para Lansia.
Keefektifan media pembelajaran video tutorial ini dibuktikan secara
kuantitatif melalui uji-t dari hasil karya pretes dan postes. Penilaian hasil karya
Celup Ikat pada kegiatan para Lansia ini diberikan berdasarkan modifikasi
penilaian teori Brent G Wilson yang meliputi aspek keterampilan dan kreativitas.
Secara umum, hasil karya para lansia baik, terutama pada keterampilan
menggunakan alat untuk mengikat, kreatif dalam pembuatan motif yang
bervariasi, dan warna-warna yang menarik. Kebahagiaan para lansia terpancar
saat hasil karya mereka diapresiasi melalui pameran dan pesanan yang diperoleh,
sehingga akan menambah penghasilan mereka. Merekapun merasa lebih berguna
sebagai Lansia Tangguh yang mandiri, aktif, produktif, sehat secara fisik, sosial,
dan mental. Video tutorial beserta pelengkapnya berupa Buku Panduan Singkat
Berkreasi Celup Ikat sebagai hasil pengembangan model media pembelajaran
yang dihasilkan ini sangat efektif, efisien, menyenangkan, dan bermanfaat bagi
para lansia.
DD00002389 | D 2389 | UPT Perpustakaan UNJ (CD.07.2019.001) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain