Text
Bentuk adaptasi diri santri pada lembaga pendidikan keagamaan pesantren : studi kasus santri SMP Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an Tangerang
ABSTRAK
Rahmah Syapitri. Bentuk Adaptasi Diri Santri pada Lembaga Pendidikan Keagamaan Pesantren (Studi Kasus : Santri SMP Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Tangerang) Skripsi. Jakarta : Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, 2019.
Penelitian ini secara garis besar memiliki tiga tujuan utama. Pertama, Mendeskripsikan bentuk adaptasi yang dilakukan santri di SMP Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an. Kedua, Mendeskripsikan upaya lembaga pendidikan pesantren untuk membantu adaptasi santri. Ketiga mengetahui kondisi sosial budaya pesantren.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitaif dengan metode studi kasus. Data penelitan diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan subjek penelitian 12 santri SMP Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, satu pimpinan Pesantren, satu koordinator dan pengasuhan pesantren dan wakilnya, satu staf bidang akademik, satu staf bidang sarana dan prasarana, satu staf pengasuhan cabang Cijantung, satu kepala bidang kesekretariatan, ketua OSDAQU, 3 orang guru. Lokasi penelitian dilakukan di SMP Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang pada bulan November hingga akhir April 2019.
Peneliti menggunakan konsep adaptasi individu Robert K. Merton untuk melihat bentuk adaptasi yang dimunculkan santri selama proses adaptasi dan konsep sosialisasi untuk melihat upaya pesantren untuk membantu proses adaptasi santri di pesantren. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam adaptasi diri santri di pesantren memunculkan 4 tipologi sebagai respon atas tujuan kebudayaan maupun aturan yang melembaga di pesantren yang menjadi tekanan yang dirasakan oleh santri. Meliputi pertama, Konformitas yang ditunjukan dengan taatnya santri mengikuti aturan dan mengikuti tujuan kebudayaan yang ada di pesantren. Kedua, Inovasi ditunjukan dengan bentuk pensiasatan santri pada aturan yang ada agar tetap bertahan di pesantren meskipun menggunakan cara yang salah, inovasi merupakan bentuk adaptasi yang paling banyak ditemukan di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an. Ketiga, Ritualisme ditunjukan dengan penolakan santri pada tujuan kebudayaan pesantren meskipun tetap mengikuti aturan yang ada di pesantren, ritualisme yang dilakukan hanya untuk menggugurkan kewajiban sebagai bagian dari sub sistem pesantren. Keempat, Penarikan Diri ditunjukan dengan penolakan pada aturan yang telah melembaga dan tujuan kebudayaan pesantren dengan cara kabur maupun mengucilkan diri dan berharap dipulangkan. Pesantren melakukan sosialisasi formal yang sesuai dengan program pesantren untuk membantu santri dalam beradaptasi melalui berbagai sarana prasarana yang melembaga di pesantren dan sosialisasi informal yakni melalui pendekatan personal oleh ustadzah maupun ustadzah untuk memacu semangat maupun motivasi santri dan menekan reaksi adaptasi negatif.
Kata Kunci: Pesantren, Adaptasi, Sosialiasi
Bibliografi : lembar 181-182
SS00021845 | SK 21845 | UPT Perpustakaan UNJ (CD.04.2019.004) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain