Text
Japanese Youth Subcultures in Haruki Murakami's colorless Tsukuru Tazaki
Skripsi ini membahas isu subkultur pemuda Jepang pada novel Colorless Tsukuru Tazaki karya Haruki Murakami lewat karakter utamanya bernama Tsukuru Tazaki dan juga karakter lain yang saling berkaitan. Analisis ini menggunakan teori The Meaning of Style dari Dick Hebdige, untuk menunjukkan bahwa gaya pertemanan Tsukuru dan teman-temannya sangat rumit dan penuh dengan konflik satu sama lain sebagai pemuda yang norma budayanya bertentangan dengan budaya normal pada umumnya. Kemudian analisis ini juga menggunakan teori Gender Performativity dari Judith Butler untuk menunjukkan bahwa seorang pria dapat menjadi seorang gay sebagai orientasi seksualnya meskipun memiliki gender maskulin, karena maskulinitas harus dipasangkan dengan gender yang berlawanan, seperti contohnya feminin, walaupun jenis kelaminnya adalah laki-laki. Dalam hal ini, Tsukuru digambarkan jatuh bangun dalam mencari jati diri seksualnya sejak ia berusia 20 tahun hingga pada usianya yang ke 36 tahun, Tsukuru tidak memiliki hasrat seksual dengan seorang wanita.
Kata Kunci: Gaya, Pemuda, Budaya, Subkultur, Persahabatan, Kematian, Orientasi Seksual, Performativitas, Diabaikan, Bangsa Jepang.
This thesis discusses Japanese youth subculture issue in Haruki Murakami’s Colorless Tsukuru Tazaki through the main male character, Tsukuru, and the other characters related to him. By using Hebdige’s The Meaning of Style, the analysis presents that Tsukuru’s group of friends is a complicated being and full of intricts among them as youth people, because they against the normativity of mainstream culture. And by using Butler’s Gender Performativity, the analysis presents that a man could be performing gay as the sexual orientation although the gender is masculine. The gender masculinity should be paired with the opposing gender feminine, no matter the sex is male or female. In this case, Tsukuru experience falling and rising in performing his sexual desire from he was 20 until he is 36 when in the end Tsukuru could not be able to feel anything while doing sexual intercourse with a woman. Keywords: Style, Youth, Culture, Subculture, Friendship, Death, Sexual Orientation, Performativity, Abandon, Japanese.
SS00014175 | SK 14175 | UPT Perpustakaan UNJ | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain