Text
Dekonstruksi tokoh Sinta dalam novel Rahvayana karangan Sujiwo Tejo : suatu kajian feminisme
ABSTRAK
AKHMAD NURUDDIN SALAM. Dekonstruksi Tokoh Sinta dalam Novel
Rahvayana Karangan Sujiwo Tejo; Suatu Kajian Feminisme. Skripsi. Jakarta:
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan
Seni. Universitas Negeri Jakarta. Agustus. 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dekonstruksi yang terjadi dalam
novel Rahvayana karangan Sujiwo Tejo menggunakan alat intertekstualitas.
Perbandingan yang dilakukan adalah dengan menggunakan novel Kitab Epos
Ramayana karangan C. Rajagopalachari sebagai pembanding dan untuk
menentukan intertekstualitas yang terjadi. Perbandingan peristiwa dilakukan
untuk menmukan persamaan dan perbedaan yang digunakan untuk melakukan
analisis inertekstulitas. Analisis intertekstualitas yang dilakuka berdasarkan
penemuan dalam perbandingan peristiwa, menemukan gaya kitsch, pastische,
parody, dan camp. Adapun hasil analisis intertekstualitas ditemukan gaya parody
sebagai temuan yang paling sering didapati. Hal ini menunjukkan adanya gagasan,
gaya dan ungkapan yang berbeda yang disampaikan dalam novel ini. Setelah
menemukan perbandingan peristiwa dan intertekstualitas yang terjadi barulah
dilakukan penafsiran terhadap data. Penafisan data yang dilakukan menggunakan
hasil dari analisis intertesktualitas, mengarah kepada dekonstruksi. Penelitian ini
memfokuskan kepada tokoh Sinta untuk memenuhi kajian feminisme. Kajian
feminisme yang dilakukan dipengaruhi oleh kajian pascamodern, hal ini terlihat
dari digunakannya alat-alat pascamodern, seperti intertekstualitas dan
dekonstruksi. Dengan menggunakan alat-alat tersebut, kemudian ditemukan
dekonstruksi yang terjadi pada tokoh Sinta. Dekonsruksi pada tokoh Sinta dalam
novel Rahvayana dilakukan dengan menggunakan citraan perempuan, yaitu
citraan perempuan yang digambarkan sebagai sosok yang tangguh, seksi, tidak
melihat diri sendiri sebagai korban, serta menginginkan kuasa. Hasil analisis
citraan perempuan ini menunjukkan bahwa menginginkan kuasa pada tokoh Sinta
paling sering muncul, hal ini membuktikan adanya usaha menjawab tantangan
dari feminisme gelombang sebelumnya. Adapun hasil penelitian dekonstruksi
tokoh Sinta ini diimplikasikan kepada materi pembelajaran sastra pada kelas XII
Sekolah Menengah Atas pada Kompetensi Dasar menganalisis isi dan kebahasaan
novel dan merancang novel atau novelet dengan memerhatikan isi dan
kebahasaan.
Kata kunci: Dekonstruksi, feminisme pascamodern, Rahvayana
SS00014171 | SK 14171 | UPT Perpustakaan UNJ (CD.02.2017.006) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain