Text
Upaya membentuk kepedulian dan kesadaran sejarah masyarakat : komunitas jelajah budaya (2003-2013)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya membentuk kepedulian dan kesadaran sejarah masyarakat yang dilakukan oleh Komunitas Jelajah Budaya dalam kurun waktu 2003-2013. Penelitian dilakukan dengan metode sejarah yang disajikan dalam bentuk deskriptif-naratif. Sumber primer diperoleh dari wawancara dengan Kartum Setiawan selaku pendiri Komunitas Jelajah Budaya dan beberapa anggota Komunitas Jelajah Budaya, daftar anggota, pamflet kegiatan, foto kegiatan dan printout materi yang digunakan dalam diskusi-diskusi yang diadakan Komunitas Jelajah Budaya serta pemberitaan dalam surat kabar dan majalah sezaman. Sumber sekunder berupa dokumen-dokumen yang didapatkan di Perpustakaan UNJ, Perpustakaan FIS UNJ, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Arsip Nasional, Perpustakaan UI, Perpustakaan Museum Wayang, Perpustakaan Kemendikbud, koleksi pribadi dan pinjaman dari berbagai pihak, grup milis, laman resmi, grup facebook dan twitter Komunitas Jelajah Budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komunitas Jelajah Budaya yang berdiri pada 17 Agustus 2003 dilatarbelakangi oleh kepedulian Kartum Setiawan bersama beberapa temannya terhadap keadaan bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua Jakarta yang memprihatinkan. Dalam kurun waktu 2003-2013, Komunitas Jelajah Budaya telah berupaya membentuk kepedulian dan kesadaran sejarah masyarakat lewat kegiatan-kegiatan yang diadakannya. Tahun 2003-2008 fokus kegiatan adalah mengenalkan Kota Tua Jakarta kepada masyarakat. Kartum menggunakan milis untuk menyebarkan informasi komunitas. Kegiatan yang dilakukan pada periode ini adalah kegiatan “Jelajah Kota Toea” dengan napak tilas ke tempat-tempat bersejarah dan memperkenalkan museum melalui kegiatan “Night Time Journey at Museum”. Kegiatan dilanjutkan dengan “Jelajah Kota Toea di Depok, Bogor dan Tangerang” yang masih memiliki kaitan erat dengan sejarah Batavia (Jakarta). Tahun 2009-2013, Kartum memanfaatkan media sosial berupa laman resmi, facebook dan twitter sebagai sarana menyebarkan informasi komunitas. Penggunaan media sosial menimbulkan dampak positif dengan semakin meningkatnya jumlah anggota Komunitas Jelajah Budaya. Komunitas Jelajah Budaya kemudian membuat kegiatan dengan tema-tema yang lebih menarik, diantaranya kegiatan “Jelajah Kota Toea Passer”, “Street Hunting Arsitektur Tempo Doeloe”, “Stationplein” dan “Jelajah Kota Toea Pulau Onrust dan Edam”. Tahun 2010, ketika Kota Tua Jakarta semakin ramai, Komunitas Jelajah Budaya mulai mengadakan “Jelajah Kota Toea” ke kota-kota lain yaitu Karawang, Cilacap, Trowulan
(Mojokerto), Cirebon dan Banten Lama telah dijelajahi oleh Komunitas Jelajah Budaya. Selama satu dekade, Komunitas Jelajah Budaya telah berhasil membangun fondasi dasar berupa program kegiatan yang dirintis sejak pendirian Komunitas Jelajah Budaya dan tinggal diteruskan untuk tahun-tahun berikutnya. Komunitas Jelajah Budaya telah bertindak sebagai agen sejarah publik dengan mempresentasikan dan mengkomunikasikan sejarah kepada publik lewat kegiatan-kegiatannya. Tujuan Komunitas Jelajah Budaya di awal pendiriannya juga telah terwujud dan tinggal diteruskan ditahun-tahun berikutnya. Hal ini terbukti dengan banyaknya anggota masyarakat yang berasal dari latar belakang pendidikan dan profesi beragam bergabung dalam kegiatan yang diadakan Komunitas Jelajah Budaya. Di akhir tahun 2013, jumlah anggota Komunitas Jelajah Budaya dalam milis sebanyak 393 orang, grup facebook 4000 orang dan twitter 131 pengikut. Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat mulai memiliki kepedulian dan kesadaran sejarah akan pentingnya menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah dan budaya serta kawasan Kota Tua di Indonesia.
This study aims to describe an effort on shaping of concern and historical consciousness in society by Komunitas Jelajah Budaya in periods 2003-2013. The method of this research is historical method which presented in descriptive-narrative. Primary sources were obtained from interviews with Kartum Setiawan as the founder and several members of Komunitas Jelajah Budaya, members list, pamphlets, photos and printouts of the materials used in discussions held by Komunitas Jelajah Budaya and news in contemporary newspapers and magazines. Secondary sources include documents obtained from UNJ Library, FIS UNJ Library, National Library, National Archives Library, UI Library, Wayang Museum Library, Kemendikbud Library, private collections and loans from various parties, mailing list groups, official pages, facebook groups and twitter of Komunitas Jelajah Budaya. The results show that background of Komunitas Jelajah Budaya which was established on August 17, 2003 is concern of Kartum Setiawan and his friends that see apprehensive situation of historical buildings in Jakarta Old Town. In period 2003-2013, Komunitas Jelajah Budaya has been trying to shape concern and historical consciousness in society with its activities. In 2003-2008, the focus of activities was to introduce Jakarta Old Town to the society. Kartum uses mailing lists to spread information of community. Activities undertaken during this period were the "Jelajah Kota Toea" activity to visit historical sites and introducing the museum through the "Night Time Journey at Museum". The activity continued with "Jelajah Kota Toea Depok, Bogor and Tangerang" which still has relation with the history of Batavia (Jakarta). In 2009-2013, Kartum used social media such as official pages, facebook and twitter to spreading information of community. The use of social media has a positive impact with the growing number of Komunitas Jelajah Budaya members. Komunitas Jelajah Budaya then created activities with more interesting themes, such as “Jelajah Kota Toea Passer”, “Street Hunting Arsitektur Tempo Doeloe”, “Stationplein” and “Jelajah Kota Toea Pulau Onrust dan Edam”. In 2010, when Jakarta Old Town became more crowded, Komunitas Jelajah Budaya began touring to Old Town of Karawang, Cilacap, Trowulan (Mojokerto), Cirebon and Banten Lama. For a decade, Komunitas Jelajah Budaya has succeeded in establishing the basic foundation of an activity program pioneered since the founding of the Komunitas Jelajah Budaya and staying continued for the following years. Komunitas Jelajah Budaya has acted as a public history agent by presenting and communicating
history to the public through its activities. The purposes of the Komunitas Jelajah Budaya at the beginning of its founding has also been realized and the stay continues in the following years. This is evidenced by the large number of community members coming from diverse educational backgrounds and professions joining the activities organized by Komunitas Jelajah Budaya. At the end of 2013, the number of members in the mailing list is 393 people, facebook group 4000 people and twitter 131 followers. This reflects that the community began to have a concern and historical consciousness of the importance of maintaining and preserving historical and cultural heritage and the Old Town area in Indonesia.
SS00016094 | SK 16094 | UPT Perpustakaan UNJ (CD.04.2018.002) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain