Text
Peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris melalui metode sosiodrama : penelitian tindakan di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Setia Budhi Rangkasbitung-Banten
RINGKASAN
PENDAHULUAN
Penguasaan keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris adalah hal utama bagi pembelajar bahasa kedua maupun asing.1 Keutamaan ini menjadikan keterampilan berbicara penting untuk dipelajari sebagai bentuk untuk mengungkapkan pikiran, mengekspresikan perasaan, mengungkapkan fakta-fakta yang ada, untuk memahami pikiran, gagasan dan perasaan orang lain dan pembelajar itu perlu mengembangkan keterampilan berbicaranya sebagai bentuk eksistensi mereka dalam belajar bahasa. Keterampilan berbicara dapat diperoleh dengan jalan praktik dan latihan. Sebagaimana Shastri mengatakan bahwa keterampilan berbicara dikembangkan melalui latihan.2 Berlatih dengan tekun akan membentuk keterampilan seseorang menjadi sempurna oleh karenanya sangat perlu membantu mahasiswa terus praktik dan berlatih berbicara.
Menurut Harmer ada tiga alasan utama untuk meminta siswa berbicara di dalam kelas pertama bahwa kegiatan berbicara membantu kesempatan berlatih/latihan berbicara kehidupan nyata dalam suasana kelas yang nyaman, kedua yaitu tugas-tugas berbicara memberikan umpan balik bagi siswa dan guru, dan yang ketiga semakin siswa itu memiliki kesempatan untuk menggunakan unsur-unsur bahasa yang beragam yang mereka miliki, maka penggunaan unsur-unsur bahasa akan terjadi lebih otomatis.3 Latihan berbicara yang terus menerus dan pola tugas yang diberikan dengan pemberian ruang bicara yang banyak maka pembelajar akan mampu mengembangkan keterampilan berbicaranya secara optimal.
1 Jack C. Richards. Teaching Listening and Speaking from Theory to Practice (New York:
Cambridge University Press, 2008), p. 19
2 Pratima Dave Shastri. Communicative Approach to the Teaching of English as a Second
Language (Mumbai: Himalaya Publishing House, 2010), p. 70
3 Jeremy Harmer, How to Teach English (England: Pearson Education Limited, 2007) h, 123
Akibat dari kurangnya latihan dan pemberian kesempatan yang banyak pada mahasiswa maka keterampilan berbicara bahasa Inggris menunjukkan hasil yang rendah. Peneliti telah melakukan dua hal dalam prasiklus ini pertama memberikan pretes dan kedua mengobservasi proses pembelajaran mata kuliah Speaking 2. Hasil tes menunjukkan bahwa dari jumlah mahasiswa 33 orang ditemukan mahasiswa yang berhasil memperoleh nilai ≥ 70 adalah 3 orang (9.09%) dan mahasiswa yang memperoleh nilai < 70 adalah 30 orang (90.91 %) dengan skor rata-rata 47.39. Selanjutnya peneliti melakukan observasi dalam proses pembelajaran mata kuliah Speaking 2. Dari hasil pretes (prasiklus) dan observasi ini diperoleh kesimpulan awal bahwa penyebab rendahnya keterampilan berbicara mahasiswa disebabkan oleh tiga faktor antara lain faktor linguistik, faktor kepribadian, dan aktivitas kelas.
Dari hasil prapenelitian ini, penulis mencoba untuk membuat sesuatu yang lebih menarik dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya memberikan solusi/tindakan atas situasi yang terjadi pada mata kuliah Speaking 3 selanjutnya agar keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa pada aspek pelafalan, kosa kata, tata bahasa, kelancaran, dan pemahaman meningkat.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan ini menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap perencanaan merupakan tahapan dimana peneliti melakukan identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah. Tahap tindakan yaitu menerapkan tindakan yang mengacu kepada skenario pembelajaran. tahap pengamatan yaitu melakukan observasi dengan memakai format observasi dan menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang sudah ada. Tahap refleksi yaitu melakukan refleksi atas tindakan
yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu pembelajaran, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
TEMUAN PENELITIAN
Hasil temuan penelitian siklus 1 terhadap proses pembelajaran termasuk kategori cukup baik dengan persentase tertinggi mencapai 60% dan aktivitas mahasiswa dalam kelompok termasuk kategori Baik dengan persentase 66.48%. Hasil tes menunjukkan bahwa mahasiswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 10 orang (30.30%) dan nilai < 70 sebanyak 23 orang (69.70%).
Hasil temuan penelitian siklus 2 dalam proses pembelajaran termasuk kategori baik dengan persentase tertinggi mencapai 85 % dan aktivitas mahasiswa dalam kelompok termasuk kategori baik dengan persentase 73.94 %. Hasil tes menunjukkan bahwa mahasiswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 21 orang (63.64%) dan nilai < 70 sebanyak 12 orang (36.36%). Baik prose maupun hasil pembelajaran mengalami peningkatan kearah yang lebih baik lagi namun hasil tes masih belum mencapai kriteria kesuksesan yang ditargetkan sehingga penelitian ini berlanjut ke siklus 3.
Hasil temuan penelitian siklus 3 dalam proses pembelajaran termasuk kategori sangat baik dengan persentase tertinggi mencapai 85 % dan aktivitas mahasiswa dalam kelompok termasuk kategori sangat baik juga dengan persentase 82 %. Hasil tes menunjukkan bahwa mahasiswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 27 orang (81.82%) dan nilai < 70 sebanyak 6 orang (18.18%). Baik proses maupun hasil pembelajaran mengalami peningkatan kearah yang sangat baik dan hasil tes telah mencapai kriteria kesuksesan yang ditargetkan sehingga penelitian ini dihentikan.
PEMBAHASAN
Penerapan metode sosiodrama pada mata kuliah Speaking 3 memberikan dampak yang sangat positif pada perkembangan keterampilan berbicara mahasiswa semester 3. Pembahasan dibagi kedalam dua bagian yaitu proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris mata kuliah Speaking 3. Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris melalui Metode Sosiodrama diuraikan dalam beberapa hal yaitu aktivitas kelas (mahasiswa belajar dalam kelompok membuat naskah sosiodrama, berdiskusi, berlatih, tampil, dan evaluasi), materi pembelajaran (Materi pembelajaran diambil dari beberapa referensi yaitu dari buku-buku Speaking dan dari internet serta topik pembelajaran dikemas dalam silabus mata kuliah), struktur kelas berbicara dengan metode sosiodrama (dalam kelas sosiodrama tempat pertunjukkan dibagi 2 yaitu di dalam kelas dan di luar kelas/aula terbuka), persepsi mahasiswa tentang sosiodrama dalam kelas berbicara bahasa Inggris sebagai bahasa asing (Mereka menyatakan bahwa pemberian metode sosiodrama di kelas berbicara pada mata kuliah Speaking 3 memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris karena metode ini dilakukan bersama kelompok sehingga terjadi interaksi langsung penggunaan bahasa Inggris. Kelas menjadi aktif dengan metode ini karena seluruh mahasiswa diminta berlatih dan menampilkan sosiodrama di depan kelas sehingga yang terjadi kegiatan berbicara bahasa Inggris benar-benar didominasi oleh mahasiswa), nilai-nilai sosiodrama dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris. (pelaksanaan penelitian tindakan telah memberikan bukti bahwa penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa pada aspek pelafalan, kosa kata, tata bahasa, kelancaran, dan pemahaman. Metode ini pula telah mampu menumbuhkan sikap mahasiswa kearah yang positif diantaranya kerjasama, tanggung jawab, peduli, komunikasi dan interaksi, dan motivasi dalam pembelajaran mata
kuliah Speaking 3), dan tugas-tugas sosiodrama (Jenis tugas yang diberikan kepada mahasiswa ada dua jenis yaitu tugas langsung pada saat pembelajaran dan tugas tambahan untuk diselesaikan pada pertemuan berikutnya. Tugas-tugas ini pun sifatnya interaktif yang melibatkan lebih dari satu orang).
Proses peningkatan keterampilan berbicara melalui metode sosiodrama dilakukan dengan teknik pembelajaran berkelompok tanpa berbasis tugas dan berbasis tugas. Dari hasil pemaparan di atas disimpulkan bahwa pembelajaran melalui metode sosiodrama sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan pada mata kuliah Speaking 3 semester 3 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Setia Budhi Rangkasbitung dinyatakan berhasil karena keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa meningkat melalui metode sosiodrama berbasis tugas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan terhadap sejumlah kegiatan berbicara bahasa Inggris mahasiswa dari tes awal sampai tes akhir membuktikan bahwa melalui metode sosiodrama yang dilakukan dengan tindakan berulang sebanyak tiga kali siklus dengan berbasis tugas mampu meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris. Peningkatan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa pada aspek kebahasaan yaitu pelafalan, kosa kata, tata bahasa, kelancaran, dan pemahaman mengalami peningkatan. Penelitian selama tiga siklus membuktikan bahwa penerapan metode sosiodrama tidak saja dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam hal aspek pengetahuan kebahasaan tetapi juga meningkatkan kemampuan mahasiswa melakukan kegiatan sosiodrama selama proses pembelajaran berlangsung pada aspek sikap dan tingkah laku. Penerapan metode sosiodrama menunjukkan hasil
yang terus membaik setiap siklusnya, hal ini ditandai dengan beberapa hal yaitu meningkatnya kerja sama mahasiswa ketika mereka membuat naskah sosiodrama, meningkatnya tanggung jawab mahasiswa pada saat diberikan tugas dan mampu menyelesaikan naskah sosiodrama untuk ditampilkan pada setiap pertemuan, tumbuhnya kepedulian mahasiswa untuk membantu anggotanya yang kurang dalam berbicara bahasa Inggris, meningkatnya kemampuan komunikasi dan interaksi mahasiswa karena sesi latihan yang berkelanjutan antar anggota kelompok, dan motivasi mahasiswa terus meningkat dalam mengikuti proses pembelajaran mata kuliah Speaking 3
DD00002296 | D 2296 | UPT Perpustakaan UNJ (CD.07.2018.003) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain